Tuesday, July 2, 2013

kemana perginya Doa.?

.. KEMANA PERGINYA DO’A.? …


Bismillah ... 
Jika berharap uang, ternyata yang datang hutang ..
Jika meminta kemudahan, yang hadir justru kesulitan ..
Jika doakan kesehatan, yang hampiri penyakit ..

Jangan kau tanya mengapa Allah tak kabulkan doa ..
Jangan kau paksa kapan Allah ..
akan ijabahkan doa ...

Jangan kau heran mengapa Allah ..
abaikan doa ..

Tapi tanyakan seperti apa tubuhmu bicara ..
tanyakan seperti apa hatimu berkata ...

Apa Subuhmu menjelang dhuha?
Apa Dzuhurmu sisa waktu bisnis yg kau punya?
Apa Ashar-Maghrib mu terlalu dekat waktunya?
Apa Isya mu terlewat karena lelah yg ada?

Jangan salahkan Allah, ..
Jika kau kira bisa bebas berbuat dosa ..
lalu bisa putihkan dengan Umroh tiap tahun adanya ...

Jangan salahkan Allah, ..
Jika ayat suci hanya kau pilih beberapa ..
Surat Yusuf agar mendapatkan putera ganteng nan sholeh, ..
Surat Maryam agar memperoleh puteri nan cantik sholehah, ..
Surat Ar-Rahman agar berlimpah rejeki ...

Dan jangan salahkan Allah, jika ayat-ayatNya tak pernah dibaca ataupun diamalkan dalam kehidupan nyata ...

Jika titah Allah hanyalah beban, ..
Jika ibadah kepada Allah hanyalah dagang ,..
hanya untung dan rugi ….
Jangan harap kecintaanNya akan datang …

Duhai Allah …
Jagalah kami dari hal2 yg demikian ... aamiin ..

---- Nasehat Untuk Diri ----

Monday, July 1, 2013

Puasa ko masih maksiat.??

Puasa yang Paling Rendah adalah Sekedar Menahan Makan dan Minum tapi Masih Maksiat

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
 
Tahukah Anda bahwa tingkatan orang berpuasa yang paling rendah adalah hanya menahan makan dan minum, tetapi masih melakukan hal-hal yang diharamkan.
عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ كَانَ أَصْحَابُنَا يَقُولُونَ أَهْوَنُ الصِّيَامِ تَرْكُ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ
Artinya: “Atha’ bin Saib (w: 136H) berkata: “Kawan-kawan kami (para tabi’ie muda) mengatakan: “Puasa paling rendah adalah meninggalkan makan dan minum.” Lihat kitab Al Mathalib Al ‘Aliyah karya Ibnu Hajar, 6/54.
Olehnya, Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata:
قَالَ جَابِرٌ : إذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُك وَبَصَرُك وَلِسَانُك عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَإِثْمَ ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ ، وَلْيَكُنْ عَلَيْك وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ ، وَلاَ تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَيَوْمَ صِيَامِكَ سَوَاءً.
Artinya: “Berkata jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jika kamu berpuasa maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu dari dusta dan hal-hal yang diharamkan, janganlah menyakiti tetangga dan hendaknya kamu bersikap tenang dan wibawa pada hari puasamu dan jangan jadikan hari puasamu dan hari berbukamu sama.” Lihat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 3/3.
Para pembaca budiman…
Di bawah ini disebutkan hal-hal yang seharusnya seorang yang berpuasa juga harus menahannya, disamping ia menahan makan dan minumnya serta seluruh yang membatalkan puasanya, agar puasa lebih bermakna dan berkwalitas serta berkah:
Dusta, saksi palsu dan yang semisalnya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak mempunyai sebuah keperluanpun untuk meninggalkan makan dan minumnya”. HR. Bukhari. Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Maksud dari “قول الزور” (Qaul Az zur): Perkataan dusta. Lihat kitab Fath Al Bari.
Perkatan dan perbuatan sia-sia: Ghibah, mengadu domba dan semisalnya.
Perkataan dan perbuatan yang menjurus kepada meningkatkan syahwat dan hawa nafsu seksual; berkata-kata keji, berbuat kotor, melihat wanita/lelaki tidak menutup aurat yang bukan mahramnya baik berupa media cetak atau elektronik.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ. فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَقَلْ : إِنِّى صَائِمٌ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah puasa hanya menahan makan dan minum tetapi sesungguhnya puasa juga menahan dari perbuatan sia-sia dan Ar Rafats, dan jika ada seorang yang menghinamu atau berbuat bodoh kepadamu, maka katakanlah: “Aku sedang berpuasa”. HR. Ibnu Khuzaimah dan Al Baihaqi serta dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib wa At Tarhib.
Maksud dari: “الرفث” (Ar Rafats): adalah perkataan jorok atau porno dan kadang disebutkan dengan arti bersetubuh dan segala bentuk mukaddimah, kadang juga disebutkan dengan arti seorang wanita dan segala yang berkaitan dengannya”. Lihat kitab Fath Al Bari.
Perkataan dan perbuatan kasar: seperti berkelahi, bertengkar, berseteru dan yang semisalnya atau mencaci, mencela, menghina, melaknat, mengangkat suara karena bertengkar dan semisalnya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :«... وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “…Dan jika pada hari puasa salah seorang dari kalian, maka janganlah dia berbuat ar rafats dan yastkhab, dan jika seorang mencelanya atau memeranginya maka katakanlah: “Aku adalah seorang yang berpuasa”. HR. Bukhari.
Maksud dari: “يصخب” (yashkhab): Mencela, mencaci maki, melaknat, mengangkat suara karena bertengkar dan semisalnya. Lihat kitab Fath Al Bari.
Jaga lisanmu, jaga lisanmu, jaga lisanmu…maka kamu selamat!

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَمَتَ نَجَا ».
Artinya: “Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang diam maka dia selamat”. HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 536.

Tulisan Ini semua bertujuan agar puasa kita tidak hanya mendapatkan lapar dan haus saja tanpa tidak mendapat pahala.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، ورُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ ".
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa bagiannya dari puasanya hanyalah lapar dan haus saja dan berapa banyak orang yang bangun malam untuk beribadah bagiannya hanya bedagang”. HR. Ibnu Khuzaimah dan Ahmad serta di shahihkan di dalam kitab Shahih Al jami’, no. 4390.
Jika puasanya tidak juga berpuasa dari hal-hal yang diharamkan maka seperti orang yang mengerjakan amalan sunnah tapi meninggalkan amalan wajib.

قال ابن رجب رحمه الله: ((أن التقرّب إلى الله تعالى بترك المباحات لايكمل إلا بعد التقرب إليه بترك المحرمات،فمن ارتكب المحرّمات ثم تقرّب بترك المباحات كان بمثابة من يترك الفرائض ويتقرّب بالنوافل)) .
Artinya: “Berkata Ibnu Rajab Al Hambaly rahimahullah: “Bahwa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan meninggalkan hal-hal yang diperbolehkan tidak akan sempurna, melainkan setelah mendekatkan diri kepada-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, maka barangsiapa yang mengerjakan hal-hal yang diharamkan kemudian mendekatkan diri dengan meninggalkan hal-hal yang diperbolehkan adalah seperti seseorang yang meninggalkan perkara-perkara wajib dan mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah”. 

Jadi… BERPUASALAH YANG BUKAN HANYA MENINGGALKAN MAKAN DAN MINUM. Wallahu Al Muwaffaiq.
Sumber :http://dakwahsunnah.com/artikel/fiqhsunnah/180-puasa-yang-paling-rendah-adalah-sekedar-menahan-makan-dan-minum-tapi-masih-maksiat

KARAKTERISTIK

KARAKTERISTIK PRIBADI UTAMA

1. TULUS

Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi.

2. RENDAH HATI 

Hanya orang yang kuat batinnya yang bisa bersikap rendah hati. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain.

3. SETIA

 Orang yang setia bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak berkhianat.

4. POSITIVE THINKING

Orang berpikiran positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun.

5. CERIA -- Artinya bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh, dan selalu berusaha meraih kegembiraan.

6. TANGGUNG JAWAB 

Ia akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau salah, berani mengakuinya dan tidak mencari kesalahan orang lain.

7. PECAYA DIRI

 Mampu menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan orang lain. Juga mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

8. BERJIWA BESAR

Ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar!

9. EASY GOING

Maksudnya, tidak suka membesar-besarkan masalah kecil atau berusaha mengecilkan masalah besar. Dia tidak mau pusing dengan masalah yang berada di luar kontrolnya.

10. EMPATI

Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.





Saturday, June 29, 2013

Tanda selamat dunia akhirat ada 11: (Kitab Durratun Nashshihin)
  •  1. Hidup zuhud di dunia dan menyukai akhirat
    2. Kegemarannya ibadah dan tilawatil qur'an
    3. Sedikit bicara
    4. Menjaga shalat yang lima
    5. Wara' dari yang haram dan syubhat
    6. Menggauli orang shalih
    7. Tawadlu' (Rendah Hati)
    8. Menjaga martabat
    9. Menyayangi semua makhluk
    10. Bermanfaat bagi yang lain
    11. Sering mengingat kematian